Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Kendo
Quick Choose
Pilihan Cepat

Ancient_Japan
Classical_Japan
Pachinko
Shijin
Kendo
Otaku
Home


What is Kendo?
Kendo berasal dari huruf kanji ken [pedang] dan dou [jalan], yang berarti seni keahlian pedang Jepang kuno. Seni bela diri ini dikembangkan dari Kenjutsu atau teknik menggunakan pedang tradisional. Pada masa modern ini kendo bukan saja dianggap sebagai seni bela diri, tapi juga sudah dijadikan sebagai olah raga yang dipertandingkan. Karena sangat populer, olahraga ini diajarkan di sekolah-sekolah Jepang sebagai kegiatan ekstrakulikuler. Para pembelajar kendo dikenal dengan sebutan kendoka atau kenshi. Olahraga kendo sering disamakan dengan anggar di Eropa karena dimainkan dengan cara memukul titk-titik tertentu dari musuhnya menggunakan pedang, hanya perbedaannya pemain anggar menggunakan satu tangan untuk memegang anggar, sedangkan kendo menggunakan dua tangan untuk memegang pedang kayu. Di antara olahraga bela diri Jepang lainnya, kendo paling banyak menggunakan perlengkapan pelindung tubuh atau dikenal dengan nama kendo bougu. Ada empat jenis alat pelindung yang digunakan, yaitu sebuah men [masker/topeng pelindung kepala dan wajah], sebuah do [pelindung dada], dua buah kote [pelindung tangan dan lengan bawah], serta sebuah tare [pelindung pinggang]. Sedangkan pedang kayu yang digunakan disebut dengan nama shinai. Shinai umumnya terbuat dari bambu dan panjangnya sekitar 118 cm.




History of Kendo
Kendo mulai berkembang di Jepang sejak masa samurai dan selama periode Kamakura [1185-1233], di mana saat itu pedang dan panahan menjadi perlengkapan beladiri utama di kalangan militer. Pada masa itu kendo berkembang di bawah pengaruh Budha Zen. Para ahli pedang yang ada waktu itu kemudian mendirikan sekolah-sekolah pelatihan kendo yang berdiri selama beberapa abad, diantaranya perguruan Itto,Ryuu,Muto, dan Munen Muso Ryuu. Pelatihan kendo saat itu menggunakan pedang kayu teknik kata, sedangkan konsepnya dipengaruhi ajaran agama Budha Zen. Salah satunya adalah konsep mushin yang digunakan pada level tertinggi kendo. Setelah periode Tokugawa berakhir, kendo yang tadinya dipelajari sebagai teknik berperang menggunakan pedang berangsur-angsur berubah menjadi teknik berperang yang lebih menonjolkan konsep seni gerakan pedang. Saat itu muncul sekolah kendo yang memperkenalkan teknik baru, salah satunya pada era Shotoku [1711-1715] Naganuma Shirozaemon Kunisato mendirikan sebuah sekolah kendo Jiki-Sinkage Ryuu yang mengajarkan kendo menggunakan shinai dan kendo bougu. Teknik itu nantinya dikenal sebagai kendo modern.






Grades
Seperti halnya karate, kendo juga memiliki tingkatan level yang menunjukan kemampuan seseorang dalam bermain kendo. Sistem yang digunakan untuk mengukur level tersebut adalah dan & kyu. Level dandimulai dari 1-dan [sho-dan] hingga 10-dan [juu-dan]. 1-dan pada kendo merupakan level terendah. Level 1-dan hingga 8-dan diberikan setelah kendoka lulus tes praktek kendo, diikuti tes ujian kata dan ujian tertulis. Batas usia minimal seseorang menyandang level 1-dan adalah 13 tahun dengan pengalaman bermain kendo di atas 3 bulan, sedangkan batasan usia untuk 8-dan adalah 46 tahun dengan pengalaman bermain kendo lebih dari 10 tahun. Level 9-dan & 10-dan diberikan oleh panitia spesial tanpa tes praktek, namun kendoka dengan level tersebut sudah sangat jarang. Di bawah level dan ada level kyu yang terdiri dari 6 tingkatan.




Kendo Competition
Pertarungan kendo [kendo-shiai] diselenggarakan di ruang indoor dengan ukuran 9x11 meter/1 pertandingan. Di sisi lapangan biasanya diberi batas garis dengan selotip putih. Dalam pertandingan kendo, kendoka akan diberi 1 poin [disebut ippon] apabila menyerang target lawan secara tepat dengan gerakan ki-ken-tai-ichi [kesatuan semangat, pedang, tubuh]. Ini berarti saat melakukan serangan, shinai harus memukul target secara spesifik di tujuh titik area yang diperbolehkan, dan kendoka harus dalam posisi kaki memijak lantai diiringi ekspresi gerakan serangan yang penuh semangat. Gerakan lain yang harus diperhatikan adalah zanshin, berupa posisi berjaga-jaga selama dan saat melakukan serangan. Selama pertandingan berlangsung, kendoka tidak boleh melakukan beberapa pelanggaran antara lain keluar garis batas lapangan, menjatuhkan shinai atau perlengkapan kendo lainnya, menyentuh pegangan shinai lebih dari batasnya. Bila hal itu dilanggar maka lawannya akan mendapat ippon. Pertandingan kendo diawasi oleh 3 orang shinpan [wasit] yang masing-masing membawa bendera merah dan putih pada kedua tangannya. Untuk memberikan poin, para wasit mengangkat salah satu bendera sesuai dengan warna pita yang dikenakan oleh pemberi nilai. Biasanya poin akan diberikan bila setidaknya ada 2 wasit yang menyetujui. Pertandingan tidak akan hingga salah satu kendoka mendapat poin. Untuk memenangkan pertandingan dibutuhkan 2 poin, namun bila hasilnya seri, maka ada beberapa kemungkinan. Pertama, pertandingan dianggap seri. Kedua, diadakan encho [perpanjangan pertandingan]. Ketiga, diadakan hantei atau penentuan pemenang berdasarkan keputusan ketiga wasit.



Hingga saat ini kendo sudah dikenal luas tidak hanya di Jepang saja tapi juga di berbagai negara di belahan dunia, baik sebagai suatu seni bela diri maupun olahraga. Pada tahun 1970 dibentuk Federation International of Kendo [FIK] dan sejak saat itu setiap 3 tahun sekali diselenggarakan kendo-shiai tingkat Internasional. Hingga akhir tahun 2005 lalu tercatat ada 44 negara yang membentuk federasi kendo, mulai dari benua Asia, Eropa, Amerika, sampai benua Afrika. Indonesia sendiri termasuk salah satu dari 13 negara di Asia yang memiliki federasi Kendo. Negara Asia lainnya yang memiliki federasi Kendo adalah Brunei, China, Hongkong India, Iran, Israel, Korea, Macau, Malaysia, Singapura, Taiwan dan Thailand.

Modern Kendo Kendo modern berkembang pada akhir abad ke-18. Penggunaan perlengkapan kendo bougu dan shinai pada kendo modern membuat penyerangan bisa dilakukan secara maksimal tanpa kuatir melukai lawan. Teknik pada kendo modern berupa serangan pukulan dan tusukan. Serangan pukulan hanya boleh dilakukan di tujuh titik area tubuh dan kepala yang dilindungi kendo bougu. Target itu antara lain men [bagian atas kepala], sayu-men atau yoko-men [sisi kiri atau kanan atas kepala], kote sebelah kanan [tangan dan pergelangan tangan kanan] yang bisa dilakukan kapanpun, kote sebelah kiri yang hanya dianggap sah bila tangan dalam posisi terangkat, dan do [dada] sebelah kiri dan kanan. Sedangkan serangan berupa tusukan hanya diperbolehkan dilakukan didaerah tsuki [tenggorokan].



Please Contact me if you have another information about Japanese Culture at www.ryadi-freak@lycos.comor akhmad_cool60@yahoo.com
copyright@2007- 2008
by
ryadi_freaks